Wednesday, June 18, 2008

Aku ingin percaya bahwa aku bisa...




Kadang setiap orang harus tiba di suatu titik dimana mereka diharuskan untuk menghadapi kenyataan hidup. Dunia ini luas. Dan orang harus mulai menyadari dunia yang nyata. Dimana dunia nyata itu tidak lah mudah untuk dihadapi. Dan ini berlaku pada hari ini. Sejak dulu aku orang yang polos dan tidak suka basa basi. Aku mengatakan semua keinginanku dengan jujur. Tetapi ternyata di dunia ini, tidak semua orang mau mendengarkan dan tidak semua orang mau setuju.
Aku mulai terhenyak dengan terkuaknya tabir egoismeku. Ternyata aku harus berubah menjadi orang yang lebih pandai negosiasi dan lebih pandai mencuri hati orang meskipun aku harus merendahkan diriku dihadapan orang tersebut. Aku merasa jengah dengan sistem baru yang aku hadapi.
Aku merasa kepolosanku ditelanjangi dan tidak ada gunanya lagi. Dengan demikian mungkin aku harus berubah menjadi bunglon untuk menyenangi hati orang banyak demi disetujuinya keinginanku. Tapi apa itu buruk?

Aku tahu aku harus lebih berani menghadapi dunia ini. Aku tidak ingin kehilangan keberanian yang sejak dulu aku tanam di dalam diriku. Aku rasa dititik ini aku sadar masalahku tak lagi sepele, bukan lagi masalah ABeGe. Tapi sudah masalah orang dewasa. Waktu dulu aku sedikit berjanji pada diriku, meskipun sudah dewasa aku akan tetap ceria dan polos. Tapi aku rasa kenyataan berkata lain. Aku menjadi lebih serius menghadapi masalah ini karena aku tahu tidak ada lagi tempat bergantung. Orang lain menginginkan aku menyelesaikan masalahku sendiri. Tanpa bantuan orang lain. Jadi kurasa tidak ada gunanya gotong royong. Apa salahnya jika aku tidak terlalu serius menghadapi hidup ini, toh itu bukannya aku melakukan sesuatu yang berdosa atau ilegal. Bukankah hidup itu sendiri sudah susah dan rumit, buat apa dibuat terlalu serius.

Semua orang percaya bahwa kepercayaan adalah landasan dari hubungan, bahkan dari segala hal. Aku percaya adanya Tuhan, aku juga percaya bumi itu bundar. Dan aku juga percaya kami berdua dapat membangun keluarga kami sendiri dengan sejahtera. Tapi mengapa orang lain tidak percaya. Apa yang salah? Apakah kesantaian dan kepolosanku untuk menghadapi dunia membuat jengah orang lain? Aku hanya ingin bersikap positif, aku tidak ingin keluargaku berada di lingkungan yang tidak percaya, aku tidak ingin anakku dibiarkan hidup diantara sikap yang sangat kaku dan serius.

Aku takut akan keseriusan hidup ini. Pertanyaan itu terus berkecamuk di dalam pikiranku. Apa aku sanggup menghadapi hidup yang baru? Aku tidak ingin meragukan diriku sendiri. Aku hanya tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Jadi apa salah jika aku ingin tahu lebih jelas. Apa salah jika aku meminta petunjuk? Apa salah jika aku minta bantuan? Semua ini untuk menghadapi hidup dan masalah-masalahnya. Aku ingin keluar dari terowongan ini dengan tidak menyesal menjalani hidup karena aku telah yakin bahwa aku sudah berusaha melakukan semuanya dengan benar.

Aku ingin dipercaya bahwa aku bisa.

1 comment:

Anonymous said...

3 Langkah
1. Meminta
2. Yakin
3. Menerima

And Go!