Suatu siang yang berpetir.
Aku bernama, ah, kau tak usah tahu namaku. Namaku tak penting. Aku hanya ingin mengisahkan sepenggal kekesalan dan pelajaran yang kudapat. Aku berumur 20 tahun sekarang. Aku masih kuliah jika kau tanya. Aku tergolong mahasiswa yang kecerdasannya rata-rata tapi aku rajin, maaf saja. Aku seorang wanita yang teratur. Aku selalu berusah tampil rapi dalam hal berpakaian. Karena menurutku, bagaimanapun juga, people still judge the book by its cover. Sad but true! Bukannya aku berusaha menipu orang lain dengan berpakaian rapi, tapi aku memang suka kerapian. Itu bukan sebuah dosa kan?
Aku paling tidak suka melihat sesuatu berceceran, tidak pada tempatnya. Bukannya aku obsesif kompulsif atau apa, aku hanya cinta kerapian, itu saja. Aku merasa aman jika sesuatu hal di sekelilingku terlihat rapi dan berada pada tempatnya masing-masing.
Aku tidak pernah lupa akan sesuatu hal, baik yang berhubungan dengan diriku atau hubunganku dengan orang lain. Dan aku selalu mempergunakan pikiranku secara efektif mungkin. Jika suatu hal tidak berhubungan dengan kepentingan diriku sendiri, maka aku tidak terlalu memikirkannya. Tapi lain jika membantu orang lain yang membutuhkan yah, itu lain ceritanya. Aku juga tidak membantu orang secara sembarangan, aku hanya membantu teman-teman terdekatku, keluargaku dan orang-orang yang membutuhkan. Orang boleh berpendapat aku tidak cukup baik, itu terserah mereka, aku hanya bersifat praktis. Itu saja.
Aku juga suka menuliskan rencana kegiatanku selama sehari atau kalau bisa dalam seminggu, berikut perincian waktunya secara detil (termasuk waktu untuk berbasa-basi dengan orang lain). Dan pastinya aku selalu berusaha untuk mengikuti semua jadwalku. Aku suka hidup yang terencana, dengan begitu aku bisa memprediksikan apa yang akan kulakukan. Aku merasa nyaman jika aku bisa mengatur sebaik mungkin apa yang kulakukan dengan begitu akan menghasilkan sesuatu yang sempurna.
Karena itu aku paling tidak suka jatuh cinta. Aku benci diriku pada saat jatuh cinta karena aku tak bisa mengatur kapan datang dan perginya rasa itu. Menurutku itu sedikit konyol, baiklah, agak konyol, oke, sangat konyol! Karena aku tak punya kuasa untuk mengatur hati ku sendiri. Sialan!
Seperti yang penah kukatakan, menurutku sesuatu akan berjalan sempurna jika sudah diatur serapi dan sedemikian rupa serta memerlukan waktu yang tidak sedikit. Tapi lain dengan jatuh cinta. Hal ini menurutku, tidak bisa kuatur dan tidak bisa kurencakan dengan detil. Dan aku benci perasaan itu! Perasaan tidak berdaya yang tidak bisa mengatur perasaanku sendiri. Perasaan yang hina. Aku selalu kesal, karena aku tidak bisa mengendalikan perasaanku sendiri. Seakan-akan rencanaku yang sudah kubuat dengan sesempurna mungkin hancur berantakan begitu saja. Luluh lantak seperti tanpa pondasi.
Ini yang dinamakan jatuh cinta? Mana ketenangan yang ditulis-tulis disetiap syair lagu dan puisi. Mana? Sayangnya semua omong kosong itu tidak berlaku padaku.
Contohnya? Kau mau tahu contohnya. Baik, akan ku beritahu. Contoh, pada hari senin aku punya kebiasaan setiap jam 4 sore untuk melukis sketsa (wajah orang, benda hidup, hewan, atau perabotan) untuk menikmati sore. Atau pada hari rabu, dimana aku tidak ada kelas, aku mempunyai ambisi untuk selalu menghabiskan satu buku dalam satu hari. Menurutku hal itu tidak aneh, mungkin ada beberapa dari kalian yang melakukan hal-hal yang serupa. Seperti menonton 10 dvd dalam satu hari. Atau main game dalam 24 jam. Ya kan?
Tapi, semenjak aku jatuh cinta, aku tidak dapat berkonsentrasi dalam melukis. Yang kulukis hanya wajah pria itu. Sampai habis semua lembar dalam buku sketsaku! Yang semua kertasnya terbuang percuma, dengan tidak adanya kemajuan dalam mengeluarkan ide kreatif, selain menggambar senyum pria itu di setiap lembarnya. Buang-buang uang! Lama-lama buku sketsaku berubah nama menjadi nama pria itu!
Atau aku tak lagi bisa membaca buku dalam satu hari penuh, karena pikiranku dipenuhi kata-kata yang keluar dari mulut pria itu dan bukan kata-kata dari buku. Bayangkan saja, aku baru dapat menghabiskan satu buku dalam satu minggu. Ini memalukan. Suatu aib! Menurutku menghabiskan satu buku dalam tiga hari saja adalah suatu cacat. Itu pun karena aku sakit. Jadi aku masih dapat memaafkan diriku sendiri. Aku punya beberapa kesimpulan dari hubungan antara jatuh cinta dengan membaca buku, salah satunya adalah jatuh cinta lebih parah dari sakit karena jika,
Keadaan Diriku | Banyak hari untuk menghabiskan buku |
Normal | 1 hari |
Sakit | 3 hari |
Jatuh cinta | 7 hari |
Dari tabel diatas, kau bisa lihat bahwa jatuh cinta menghabiskan waktu membaca buku lebih banyak dari pada saat aku sakit. Jatuh cinta buang-buang waktu, tidak efektif.
Aku memaki dalam hati. Aku benci jatuh cinta!
Tetapi kisah ini tidak berakhir disini, kawan. Terlalu dini untuk menyimpulkan.
Suatu hari, aku merasa tertampar. Di suatu siang, aku sedang melamun duduk sendirian menunggu pria itu, tiba-tiba sebuah petir menyambar di atas sana. Tentunya disusul dengan bunyi yang menggelegar. Aku lupa satu hal. Hal yang penting. Tiba-tiba aku merasa malu pada diriku sendiri dan terlebih lagi pada TUHAN yang melihatku diatas sana. DIA sedang menegurku. DIA Membangunkanku dari keangkuhanku sebagai manusia yang mengaku perencana yang baik.
Aku perencana yang baik? Aku orang yang tidak pernah lupa? Ha! Lucu sekali. Aku tertawa getir sendirian. Malu dan hina. Aku lupa bahwa TUHANlah sang perencana terbaik, aku lupa bahwa TUHANlah yang paling tahu tentang aku, ciptaannya. Astaga. Aku malu. Dan yang berhak mengaku semua yang TERBAIK hanyalah TUHAN dan tak ada yang lain. Aku malu.
Siang itu, kekesalanku pada perasaan jatuh cinta seperti berkilasan di depanku. Satu persatu, seperti slide kuliahku. Aku sadar, aku memang tidak bisa mengatur hatiku, karena TUHANlah, satu-satunya yang bisa mengatur hatiku. Aku merasakan pipiku basah dan panas. Seperti tertampar, sedih. Air mataku mengalir. Aku mengaku salah TUHANku dan terima kasih masih sudi mengingatkan ciptaanmu yang angkuh ini; Merasa dirinya dapat mengatur berbagai hal sehingga semuanya berjalan sempurna. Seharusnya aku bersyukur dapat merasakan jatuh cinta meskipun masih jauh dari ketenangan yang dituliskan dalam syair puisi dan lagu.
Siang itu, aku duduk sendirian, menunggu pria itu dan aku ditegur TUHAN. Aku sadar, di dunia ini ada hal yang tidak bisa kuatur dan menyerahkan pengaturannya pada TUHAN karena itu pekerjaanNYA dan memang hanya dapat dikerjakan olehNYA. Salah satunya adalah JATUH CINTA.
Detik ini, aku tak lagi benci jatuh cinta. Meskipun masih kerepotan menyesuaikan diri dan masih takut akan ketidakterencanaan. Tapi aku tahu TUHAN membantuku karena TUHANlah yang berbaik hati mengatur hati dan perasaanku. Karenaku percaya DIA adalah pengatur yang terbaik dan apapun yang direncakanNYA pasti yang terbaik untukku. Kuhapus air mataku dan tersenyum. Berusaha untuk menikmati perasaan yang diberikan oleh TUHAN ini, jatuh cinta.
Dan pria yang kutunggu pun datang.
3 comments:
Benar-benar datangkah ia?
Pertanyaan yang kuharapkan tidak jawabnya
kenapa? kenapa dia nggak boleh dateng?
kenapa? masa gwe nggak boleh bahagia?
kenapa?
ach, walaupun aku juga membenci perasaan teraduk-aduk itu, tapi aku sangat merindukan masa-masa jatuh cinta..
enjoy the moment, dear..
seize it..
*maaf, colongan sedikit.. hihi*
Post a Comment